Aku yakin perubahan-perubahan kecil akan membawa perubahan besar suatu saat nanti.
Aku yakin semua hal yang aku lakukan, baik kecil maupun besar, akan mengandung makna di hari mendatang.
Aku yakin suatu hari setiap orang akan mendapat ganjaran atas perbuatannya masing-masing.
Tuesday, December 22, 2009
Saturday, December 12, 2009
Hmm.. Civil Engineering?
Sudah hampir 1 semester lo aku di Teknik Sipil ini..
Ga kerasa sekarang aku lagi UAS nih (tinggal Statika ama Gamtek!!)
wish me luck ya kawan...
Aku ga tau ini udah terlambat atau nggak..
tapi aku merasa sebenarnya aku ga cocok di Teknik Sipil ini
yang aku pelajari ternyata kebanyakan hal2 baru yang aku sama sekali "buta"..
tapi di sisi lain aku juga bingung, jurusan apa nih yang sebenernya bener2 cocok buat aku.
repot juga jadi orang yang ga jelas gini hahaha..
tapi ya sudahlah..
aku sudah milih sendiri jurusan ini, pasti ada konsekuensi yang harus aku jalani
semoga aku bisa lulus cepat supaya ga terbebani sekolah terus....
AMINNN!!
Ga kerasa sekarang aku lagi UAS nih (tinggal Statika ama Gamtek!!)
wish me luck ya kawan...
Aku ga tau ini udah terlambat atau nggak..
tapi aku merasa sebenarnya aku ga cocok di Teknik Sipil ini
yang aku pelajari ternyata kebanyakan hal2 baru yang aku sama sekali "buta"..
tapi di sisi lain aku juga bingung, jurusan apa nih yang sebenernya bener2 cocok buat aku.
repot juga jadi orang yang ga jelas gini hahaha..
tapi ya sudahlah..
aku sudah milih sendiri jurusan ini, pasti ada konsekuensi yang harus aku jalani
semoga aku bisa lulus cepat supaya ga terbebani sekolah terus....
AMINNN!!
Tuesday, November 10, 2009
T.T T.T T.T T.T T.T
Duniaku makin sempit saja..
Menyesakkan diriku yg sudah hampir tak kuat..
Seperti terhimpit di tengah batu karang..
Sungguh aku tak tahu lagi harus bagaimana..
Aku pusing...
Bingung..
Kesal..!!
Ingin rasanya berteriak kencang..
Aku ingin marah..
Air mata sudah mulai menggenang..
Selalu saja begini..
I :
hate being human..
hate being myself..
Menyesakkan diriku yg sudah hampir tak kuat..
Seperti terhimpit di tengah batu karang..
Sungguh aku tak tahu lagi harus bagaimana..
Aku pusing...
Bingung..
Kesal..!!
Ingin rasanya berteriak kencang..
Aku ingin marah..
Air mata sudah mulai menggenang..
Selalu saja begini..
I :
hate being human..
hate being myself..
Thursday, September 24, 2009
Mawar yang Terlupakan
mawar itu indah
dia semerbak mewangi
bagaikan mekar di hatiku
nan membuatku terpaku
mawar itu kian berseri
dia memberiku kecupan
seolah memberikan harapan
nan membuatku berangan
mawar itu sungguh menyakitkan
dia menusukku tajam
seakan membelahku dengan rajam
nan membuatku menangis terpejam
mawar itu hina
kuberikan sejuta cinta
namun tak sekilas pun kau beri
hingga ku sedih..
hingga ku perih..
mawar oh mawar..
ku telah lama menunggumu
terlalu lama tuk ku nanti
tak ada cinta yang kau beri
mawar oh mawar..
mawar itu kini telah tiada
tiada karenamu
tiada karena cintamu
yang kini telah menjadi abu..
dia semerbak mewangi
bagaikan mekar di hatiku
nan membuatku terpaku
mawar itu kian berseri
dia memberiku kecupan
seolah memberikan harapan
nan membuatku berangan
mawar itu sungguh menyakitkan
dia menusukku tajam
seakan membelahku dengan rajam
nan membuatku menangis terpejam
mawar itu hina
kuberikan sejuta cinta
namun tak sekilas pun kau beri
hingga ku sedih..
hingga ku perih..
mawar oh mawar..
ku telah lama menunggumu
terlalu lama tuk ku nanti
tak ada cinta yang kau beri
mawar oh mawar..
mawar itu kini telah tiada
tiada karenamu
tiada karena cintamu
yang kini telah menjadi abu..
Thursday, August 20, 2009
Pengalaman P3KMABA 2009
Tanggal 17 Juli-25 Juli, ada kegiatan wajib untuk mahasiswa baru yaitu P3KMABA.
Semacam ospek untuk lebih mengenal lingkungan Petra dan hidup perkuliahan.
Aku bergabung dengan kelompok Generous, dan overall lumayan menyenangkan.
Yang tidak kusuka dari P3KMABA yaitu pada hari pertama dimana aku mendapat 2 hukuman karena pelanggaran yang aku lakukan.
1. Membawa brosur perpustakaan di dalam katalog hitam. Padahal brosur itu sengaja aku selipkan agar sewaktu-waktu bila membutuhkannya , aku bisa melihat brosur itu lagi. Tetapi ternyata membawa brosur pun tidak diperbolehkan, karena tidak tercantum dalam barang bawaan wajib dan optional.
2. Rambut tidak dijepit. Padahal poniku masih sedikit di atas alis, seperti ketentuan P3KMABA. Namun, kakak dari Divisi Evaluasi menganggapnya tidak rapi dan mengharuskan untuk dijepit, sedangkan aku tidak membawa jepitan satupun.
Karena 2 pelanggaran ini, aku dihukum menulis 2 refleksi masing-masing sekitar 2 lembar kertas folio.
Belum lagi ada tugas membuat keplek dan welcome book yang harus selesai keesokan harinya. Padahal pulang dari Petra itu sekitar pukul 7 malam. Bayangkan!!!!
Waktu sudah sampai di Dharmahusada, aku menyadari ada sesuatu yang mengganjal dalam hati. Rasanya ada yang kurang... Rasanya ada yang ketinggalan...
Ternyata benar, kertas Asturo untuk keplek dan cover welcome book ku hilang, tak ada di tas. Entah aku lupa membawa atau terjatuh di jalan.... Rasanya waktu itu aku mau nangis. Ya Tuhan, membayangkan menulis 2 refleksi dan membuat welcome book itu saja sudah membuatku berpikir bakal tidur jam 1 ini. Apalagi kalau seperti ini....
Saat-saat itulah aku dituntut untuk berpikir menemukan solusi terbaik. Saat itu sudah jam 19.45, entah teman-teman di Petra masih di sana atau tidak. Kalau mereka masih di sana, aku bisa mencari kertas Asturo-ku. Aku telepon Nancy dan Nita, ternyata mereka sudah di rumah. Aku putuskan untuk membeli kertas Asturo saja di Gramedia lalu menjiplak ukurannya di rumah Dinda, agak dekat dari situ. Aku lari-lari turun dari mobil, mencari kertas Asturo di Gramed. Damn! Rasanya hari itu memang aku benar-benar sedang sial. Kertas Asturo warna merahnya habis.... Terpaksa aku beli yang warna oranye, dan aku beli stiker Asturo warna merah (tapi yang ini merahnya lebih tua dari yang seharusnya). Setelah itu aku dalam perjalanan ke rumah Dinda. Fiuuh.. Agak lega karena sudah berhasil dapat kertas Asturo-nya....
Tetapi.... Nasib sialku belum beranjak dariku rupanya. Aku baru menyadari kebodohanku untuk kedua kalinya hari itu. Kertas Asturo yang diberi dari Petra harus ada stempel P3KMABA supaya sah!!! Damn!! Aku benar-benar bingung setengah mati. Apa yang harus aku lakukan....???? Aku telepon Dinda, "gimana ini Din, bla-bla-bla.." Katanya, memang harus ada stempel itu, kalau tidak ya gak tau akan dihukum atau gak......... Sementara jam sudah menunjukkan angka 8 waktu itu. Aku memutuskan untuk kembali lagi ke Petra demi mendapat stempel itu sekaligus menemukan kertas Asturo-ku yang ketinggalan di sana (kalau aku beruntung)..
Mobil ngebut seperti balapan F1, klakson sana, klakson sini, sudah habis kepala dinginku.
Akhirnya sampai juga di Petra dan saat itu sudah hampir jam 9. Petra sudah sepi, tidak ada kertas Asturo di tempat sampah sekalipun. Ya ampun, benar-benar pingin nangis rasanya.. Akhirnya aku ke rumah Nancy aja, di Kutisari dekat Petra. Nancy baik sekali sama aku, padahal aku baru kenal dia hari itu. Dia bantu aku membuat keplek dan cover welcome book sampai selesai. Cuma 15 menit membuat itu dan aku juga diantar mamanya Nancy ke tempat laminating sekalian. (thx ya Nancy n A'i...)
Akhirnya jam 10-an aku sampai di rumah dalam keadaan teler, ngantuk, belum makan, belum mandi, belum menulis refleksi dan membuat isi welcome book! Dahsyat bener.. Mama n adikku bantu-bantu bikin isinya welcome book, sementara aku membuat refleksi. Aku harus membuat karangan tentang Aku dan Ketidakdisiplinanku dan menulis :"Saya telah melanggar pasal 6 ayat 1J yaitu Mambawa barang-barang sesuai ketentuan (barang wajib dan optional) dan tidak diperbolehkan membawa maupun menggunakan barang-barang di luar kebutuhan P3KMABA." sebanyak 25 kali. Untung di RCTI ada acara The Master, jadi lumayan menghibur sekalian mengerjakan tugas-tugas itu. Akhirnya selesai juga refleksiku yang pertama dan itu sudah jam 1. The Master-nya sudah mau habis. Lanjut lagi refleksi yang kedua sambil nonton TV tentang berita-berita bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton. Pada refleksi kedua, aku juga membuat karangan Aku dan Ketidakdisiplinanku, dan menulis : "Saya telah melanggar pasal 6 ayat 1D yaitu"Rambut rapi, ridak melebihi alis mata." sebanyak 25 kali juga. Tepat pukul 3 refleksi yang kedua rampung. Tanganku capek tingkat tujuh dan mataku perlu dipejamkan... TV kumatikan dan langsung tidur!! Zzzz..
Bangun pagi jam 5 dan cepat-cepat mandi, menyiapkan barang bawaan buat P3KMABA hari kedua. Saat penyisiran, tentu saja keplek danwelcome book ku terkena rekap karena tidak ada stempel P3KMABA. Ya sudahlah, tidak apa-apa menulis refleksi lagi. Toh cuma satu.. Hehe.
Semacam ospek untuk lebih mengenal lingkungan Petra dan hidup perkuliahan.
Aku bergabung dengan kelompok Generous, dan overall lumayan menyenangkan.
Yang tidak kusuka dari P3KMABA yaitu pada hari pertama dimana aku mendapat 2 hukuman karena pelanggaran yang aku lakukan.
1. Membawa brosur perpustakaan di dalam katalog hitam. Padahal brosur itu sengaja aku selipkan agar sewaktu-waktu bila membutuhkannya , aku bisa melihat brosur itu lagi. Tetapi ternyata membawa brosur pun tidak diperbolehkan, karena tidak tercantum dalam barang bawaan wajib dan optional.
2. Rambut tidak dijepit. Padahal poniku masih sedikit di atas alis, seperti ketentuan P3KMABA. Namun, kakak dari Divisi Evaluasi menganggapnya tidak rapi dan mengharuskan untuk dijepit, sedangkan aku tidak membawa jepitan satupun.
Karena 2 pelanggaran ini, aku dihukum menulis 2 refleksi masing-masing sekitar 2 lembar kertas folio.
Belum lagi ada tugas membuat keplek dan welcome book yang harus selesai keesokan harinya. Padahal pulang dari Petra itu sekitar pukul 7 malam. Bayangkan!!!!
Waktu sudah sampai di Dharmahusada, aku menyadari ada sesuatu yang mengganjal dalam hati. Rasanya ada yang kurang... Rasanya ada yang ketinggalan...
Ternyata benar, kertas Asturo untuk keplek dan cover welcome book ku hilang, tak ada di tas. Entah aku lupa membawa atau terjatuh di jalan.... Rasanya waktu itu aku mau nangis. Ya Tuhan, membayangkan menulis 2 refleksi dan membuat welcome book itu saja sudah membuatku berpikir bakal tidur jam 1 ini. Apalagi kalau seperti ini....
Saat-saat itulah aku dituntut untuk berpikir menemukan solusi terbaik. Saat itu sudah jam 19.45, entah teman-teman di Petra masih di sana atau tidak. Kalau mereka masih di sana, aku bisa mencari kertas Asturo-ku. Aku telepon Nancy dan Nita, ternyata mereka sudah di rumah. Aku putuskan untuk membeli kertas Asturo saja di Gramedia lalu menjiplak ukurannya di rumah Dinda, agak dekat dari situ. Aku lari-lari turun dari mobil, mencari kertas Asturo di Gramed. Damn! Rasanya hari itu memang aku benar-benar sedang sial. Kertas Asturo warna merahnya habis.... Terpaksa aku beli yang warna oranye, dan aku beli stiker Asturo warna merah (tapi yang ini merahnya lebih tua dari yang seharusnya). Setelah itu aku dalam perjalanan ke rumah Dinda. Fiuuh.. Agak lega karena sudah berhasil dapat kertas Asturo-nya....
Tetapi.... Nasib sialku belum beranjak dariku rupanya. Aku baru menyadari kebodohanku untuk kedua kalinya hari itu. Kertas Asturo yang diberi dari Petra harus ada stempel P3KMABA supaya sah!!! Damn!! Aku benar-benar bingung setengah mati. Apa yang harus aku lakukan....???? Aku telepon Dinda, "gimana ini Din, bla-bla-bla.." Katanya, memang harus ada stempel itu, kalau tidak ya gak tau akan dihukum atau gak......... Sementara jam sudah menunjukkan angka 8 waktu itu. Aku memutuskan untuk kembali lagi ke Petra demi mendapat stempel itu sekaligus menemukan kertas Asturo-ku yang ketinggalan di sana (kalau aku beruntung)..
Mobil ngebut seperti balapan F1, klakson sana, klakson sini, sudah habis kepala dinginku.
Akhirnya sampai juga di Petra dan saat itu sudah hampir jam 9. Petra sudah sepi, tidak ada kertas Asturo di tempat sampah sekalipun. Ya ampun, benar-benar pingin nangis rasanya.. Akhirnya aku ke rumah Nancy aja, di Kutisari dekat Petra. Nancy baik sekali sama aku, padahal aku baru kenal dia hari itu. Dia bantu aku membuat keplek dan cover welcome book sampai selesai. Cuma 15 menit membuat itu dan aku juga diantar mamanya Nancy ke tempat laminating sekalian. (thx ya Nancy n A'i...)
Akhirnya jam 10-an aku sampai di rumah dalam keadaan teler, ngantuk, belum makan, belum mandi, belum menulis refleksi dan membuat isi welcome book! Dahsyat bener.. Mama n adikku bantu-bantu bikin isinya welcome book, sementara aku membuat refleksi. Aku harus membuat karangan tentang Aku dan Ketidakdisiplinanku dan menulis :"Saya telah melanggar pasal 6 ayat 1J yaitu Mambawa barang-barang sesuai ketentuan (barang wajib dan optional) dan tidak diperbolehkan membawa maupun menggunakan barang-barang di luar kebutuhan P3KMABA." sebanyak 25 kali. Untung di RCTI ada acara The Master, jadi lumayan menghibur sekalian mengerjakan tugas-tugas itu. Akhirnya selesai juga refleksiku yang pertama dan itu sudah jam 1. The Master-nya sudah mau habis. Lanjut lagi refleksi yang kedua sambil nonton TV tentang berita-berita bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton. Pada refleksi kedua, aku juga membuat karangan Aku dan Ketidakdisiplinanku, dan menulis : "Saya telah melanggar pasal 6 ayat 1D yaitu"Rambut rapi, ridak melebihi alis mata." sebanyak 25 kali juga. Tepat pukul 3 refleksi yang kedua rampung. Tanganku capek tingkat tujuh dan mataku perlu dipejamkan... TV kumatikan dan langsung tidur!! Zzzz..
Bangun pagi jam 5 dan cepat-cepat mandi, menyiapkan barang bawaan buat P3KMABA hari kedua. Saat penyisiran, tentu saja keplek danwelcome book ku terkena rekap karena tidak ada stempel P3KMABA. Ya sudahlah, tidak apa-apa menulis refleksi lagi. Toh cuma satu.. Hehe.
Monday, August 3, 2009
Life Must Go On!
Tanggal 31 Juli 2009 18.00 aku terima kabar, diterima di Teknik Sipil-nya ITS. Mama uda bilang kalo aku harus tetep di Petra aja, karena bla-bla-bla..
Besoknya dr facebook, aku dapet info kalo Andro akirnya milih ITS n meninggalkan Petra. Wah rasanya aku bener2 iri setengah mati, pengen banget masuk negri, coba dapet pengalaman baru n lingkungan yg baru. Hari itu aku ga mood ngapa-ngapain. I need someone to talk to...
Akirnya aku sms Lina, temen sebangkuku di Sinlui. Lina nih enak banget ditanya-tanyai soal pendidikan, kayak konsultan gitu. Hehe. Aku tanya enaknya gimana ya... Di satu sisi, ITS sekolah negri, deket rumahku, n jauh lebih murah drpd Petra. Di sisi lain, di Petra uda bayar semuanya n tinggal masuk aja, tp jauh dr rumahku n mahal jelas..
Lina bilang mending di Petra aja bla-bla-bla. N dia tanya aku mantap di mana sih sebenarnya... Hmm. Aku juga bingung kalo ditanya kayak gitu. Aku blm siap di ITS, kenalan juga ga banyak. Kalo di Petra, kan uda banyak temen2 dr Sinlui gitu plus2 lingkungan memadai. Aku jadi bingung ama diriku sendiri, apa sih yg sebenarnya aku harapkan lagi. Semua yg aku mau uda aku dapet!! And then, i finally found : "AKU CUMA INGIN MEMBUKTIKAN DIRI KALO AKU BISA.."
Egois sekali ya kan? Aku yakin Petra-lah tempat terbaik buat aku, dgn semua kelebihan dan kekurangannya...
Dalam SMS terakhirnya, Lina bilang, "Sekarang bukan waktunya untuk bimbang lagi!" and it's true. Now IT'S TIME TO NEW START.
Life must go on, you'll be late if you don't take any steps!
Besoknya dr facebook, aku dapet info kalo Andro akirnya milih ITS n meninggalkan Petra. Wah rasanya aku bener2 iri setengah mati, pengen banget masuk negri, coba dapet pengalaman baru n lingkungan yg baru. Hari itu aku ga mood ngapa-ngapain. I need someone to talk to...
Akirnya aku sms Lina, temen sebangkuku di Sinlui. Lina nih enak banget ditanya-tanyai soal pendidikan, kayak konsultan gitu. Hehe. Aku tanya enaknya gimana ya... Di satu sisi, ITS sekolah negri, deket rumahku, n jauh lebih murah drpd Petra. Di sisi lain, di Petra uda bayar semuanya n tinggal masuk aja, tp jauh dr rumahku n mahal jelas..
Lina bilang mending di Petra aja bla-bla-bla. N dia tanya aku mantap di mana sih sebenarnya... Hmm. Aku juga bingung kalo ditanya kayak gitu. Aku blm siap di ITS, kenalan juga ga banyak. Kalo di Petra, kan uda banyak temen2 dr Sinlui gitu plus2 lingkungan memadai. Aku jadi bingung ama diriku sendiri, apa sih yg sebenarnya aku harapkan lagi. Semua yg aku mau uda aku dapet!! And then, i finally found : "AKU CUMA INGIN MEMBUKTIKAN DIRI KALO AKU BISA.."
Egois sekali ya kan? Aku yakin Petra-lah tempat terbaik buat aku, dgn semua kelebihan dan kekurangannya...
Dalam SMS terakhirnya, Lina bilang, "Sekarang bukan waktunya untuk bimbang lagi!" and it's true. Now IT'S TIME TO NEW START.
Life must go on, you'll be late if you don't take any steps!
Thursday, June 11, 2009
The Secret Book
Buku terakhir yang aku baca adalah "The Secret" karangan Rhonda Bryne. Sebenarnya
ini buku lama, tapi aku baru beli sekarang.. haha.
AMAZING BOOK! Sumpah, benar-benar membuka mataku.
Siapa sih yang menyadari bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan kita ini sebenarnya adalah apa yang kita pikirkan??
Siapa pula yang tahu bahwa kekuatan pikiran kita amat-sangat-besar-sekali, lebih besar dari apapun yang kita bayangkan??
WOW.. Jadi kesimpulan buku ini adalah :
BERHATI-HATILAH DENGAN PIKIRAN KITA, SEBAB APA YANG KITA PIKIRKAN ADALAH APA YANG AAN TERJADI NANTINYA.
PERCAYA ATAU TIDAK, PIKIRAN MEMILIKI ALAM SEMESTA YANG TAK TERBATAS, DAN APAPUN YANG KITA PIKIRKAN AKAN DIANGGAP SEBAGAI SEBUAH KEINGINAN..
KITA BISA MENGUBAH HIDUP KTA DENGAN CARA MENGUBAH FREKUENSI PERASAAN KITA SEKARANG, KARENA DI DUNIA INI BERLAKU "LAW OF ATTRACTION".
Saturday, May 30, 2009
Sumpek!!!!!!!!!
Minggu-minggu terakhir ini..
Entah mengapa..
Diriku mulai terobsesi dengan sesuatu yang terlarang..
Oh God, please help me...
Monday, April 27, 2009
Basket #9 - Kekalahan and The End of Basketball
Setelah berbicara tentang kemenangan pada seri ketujuh, baiklah aku akan membahas tentang kekalahan. Sekali lagi aku tekankan, tidak ada tim yang senang kalau timnya kalah, kecuali tim yang benar-benar hebat dan ingin berkembang lagi dengan kekalahan itu.
Kekalahan seringkali terasa menyakitkan, dan memiliki 2 arti untuk ke depannya. Yang pertama, semakin berkembang dengan kekalahan itu, tidak putus asa dan menjadikan kekalahan sebagai pemacu semangat untuk “lebih” lagi. Arti kedua, kekalahan bisa membunuh semangat kita. Sebagian besar kekalahan akan berakibat buruk yaitu kekalahan dalam arti kedua. Seringkali kita langsung “down” dengan kekalahan yang kita terima. Sebaiknya kita tidak berlama-lama bila dalam kondisi “down” seperti itu.
Tentu sebagai tim biasa yang juga punya kelemahan, tim St. Agnes juga pernah merasakan beberapa kekalahan dari lawannya. Kekalahan yang paling menyakitkan sudah pernah kubahas dalam seri Basket#6 – Kapten. Saat itu tim kalah 8-90 dari SMPN 1 Blitar dalam babak Fantastic Four DBL 2005. Itulah kekalahan angka terbesar yang pernah kurasakan selama ini. Bayangkan berita DBL kan dimuat di halaman Metropolis, Jawa Pos. Betapa malunya sekolah yang kalah, apalagi kalah dengan margin begitu besar!
Ada kekalahan terbesar satu lagi yang pernah kurasakan. Kekalahan ini kudapatkan mulai dari aku berada di SMP St. Agnes sampai di SMAK St. Louis 1. Ini bukanlah kekalahan angka, tetapi lebih kepada kalah mental sebelum bertanding. Sampai sekarang ini, tercatat sudah 3 kali bertemu sekolah Ciputra dan 3 kali itu pula timku kalah! Bayangkan, keledai saja katanya tak akan jatuh pada lubang yang sama. Bagaimana dengan tim basketku? Tak bisakah memperbaiki diri dengan kekalahan tersebut... Aku juga tak tahu. Hehe..
Aku masih ingat jelas kekalahan pertama dengan Ciputra. Saat itu babak semifinal dalam Stelma Cup 2006. Aku melihat tim Ciputra sangat kuat, semua pemainnya mampu berlari cepat dan tidak mudah menyerah dalam mengambil bola lawan, tak mau kalah dalam rebound. Belum lagi tubuh pemainnya rata-rata lebih besar dan tinggi daripada tim St. Agnes. Pertandingan saat itu berlangsung ketat. Lima menit pertama tak ada tim yang mampu membuat poin. Namun akhirnya Ciputra-lah yang membuat poin pertama. O ya, boleh percaya boleh tidak, yang membuat poin pertama kebanyakan akan menjadi pemenangnya. Setelah Ciputra mencetak poin, pertandingan semakin seru dan panas. Berkali-kali St. Agnes hampir mengungguli Ciputra, tetapi sebelum hal itu terjadi, selalu Ciputra yang berhasil memegang jalannya pertandingan. Aku sudah tak kuat berlari saat itu, matahari bersinar terik seperti membakar ubun-ubunku. Tak ada anggota tim yang digantikan cadangan, tandanya pemain utama harus berjuang mati-matian selama 40 menit pertandingan full. Tinggal satu quarter lagi Ciputra mengunci kemenangan. Pak Bambang menyuruhku menunggu di tengah lapangan, supaya kami bisa melakukan fast break. Walaupun aku sudah menunggu di tengah lapangan dan berhasil mendapatkan bola, para pemain Ciputra dengan cepatnya mengambil bola itu dari tanganku. Aku benar-benar sudah tak bisa berpikir dengan jernih lagi gara-gara hawa yang panas ini. Sungguh! Pikirku, tak apalah kalah dengan Ciputra, toh Ciputra memang hebat. Lain waktu bila bertemu kembali, itulah saat pembalasan. Tentu saja, akhirnya St. Agnes kalah. Yang patut disalahkan adalah fisik dan stamina kami. Betapa pedenya kami selama ini memiliki tim yang hebat, tetapi tak disangka kami harus menguras seluruh tenaga kami hingga 40 menit pertandingan di tengah panasnya matahari pula.
Next, St. Agnes bertemu lagi dengan Ciputra kira-kira sebulan sesudah kekalahan pertama. Kedua tim ini bertemu lagi dalam babak final Sanmar Cup. St. Agnes lagi-lagi tertinggal beberapa poin, dan sulit sekali untuk mengejar Ciputra. Pada kuarter ketiga, St. Agnes berhasil memperkecil margin menjadi 1 poin saja. Sayang, kuarter ketiga harus berakhir padahal semangat kami sudah menyala-nyala. Kuarter keempat inilah penentuan, harusnya kami sadar dan bukan malah bersantai. Ciputra sudah siap dengan man-to-man, sedangkan kami tidak menyangka mereka akan melakukan defense yang ketat. Bola dengan mudah direbut oleh lawan, akhirnya lagi-lagi kami kalah “berlari”. Harusnya kami belajar dari kekalahan itu, untuk lebih memperhatikan stamina dan fisik yang menjadi kendala terbesar.
Aku bertekad untuk bermain basket lagi di St. Louis. Namun, ternyata hal ini tak semudah yang kubayangkan. Tugas-tugas yang menumpuk, ulangan yang hampir setiap hari, belum lagi jadwal lesku yang padat membuat aku jarang datang latihan, dan tentu saja akhirnya aku tidak masuk tim. Aku baru mendapat kesempatan masuk tim pada kelas 2. Saat itu ada kesempatan untuk membalas kekalahan dari Ciputra. Saat itu St. Agnes Cup, kalau tidak salah, saat itu St. Louis menghadapi Ciputra pada babak semifinal. Aku melihat para pemain Ciputra tidak jauh berbeda dengan saat dulu SMP. Mereka masih tetap tangguh seperti dulu. Aku duduk di bangku cadangan dan baru bermain pada kuarter ketiga. Yang jelas, pertandingan berakhir dengan kemenangan Ciputra dengan margin lumayan besar. Kekalahan ini tidak terlalu menyakitkan bagiku dibandingkan dengan saat SMP, karena aku hanya bermain pada kuarter ketiga saja.
Kekalahan-kekalahan ini seharusnya membuatku semangat untuk bermain basket lebih dalam lagi, tetapi sekarang ini aku benar-benar tidak ingin bermain basket. Entah karena sudah lama tidak bermain, ataukah karena kenangan terakhir bermain basket yang sungguh menyakitkan...
Basket #8 - Pertandingan Persahabatan
Pertandingan persahabatan biasanya diadakan sebelum kompetisi dimulai. Di sini kita belajar untuk mengenal lawan di luar area kompetisi. Ada salah satu pengalaman yang berkesan bagiku saat pertandingan persahabatan.
Saat itu St. Agnes akan bertanding dengan tuan rumah St. Clara. Pak Bambang, pelatih St. Agnes, menjadi wasit dalam pertandingan persahabatan itu. Namanya juga pertandingan persahabatan, semuanya dilakukan dengan penuh senyuman dan canda-tawa. Namun, ada seorang pemain Sanclar namanya Dian, biasa dipanggil sliding tackle oleh teman-teman St. Agnes karena kebiasaannya yang suka jatuh kalau berlari. Entah Dian terjatuh karena terpeleset atau hal lain sebenarnya, sampai sekarang aku tak tahu. Suatu kali, Dian sedang men-dribble bola menuju arahku. Tiba-tiba saja kejadiannya begitu cepat, Dian terjatuh ke depan dan dengan manisnya meluncur sampai bawah kakiku. Refleks, aku pun tertawa terbahak-bahak, aku heran kok bisa-bisanya dia jatuh, padahal sama sekali tidak disenggol oleh siapapun. Tentu saja Dian tersinggung karena aku tertawa itu, dia langsung pergi ke bangku cadangan dan kulihat dia berbisik-bisik dengan teman-teman Sanclar-nya.
O-oo.. Aku telah membuat permusuhan dengan seseorang. Aku tahu aku salah menertawainya tadi, tapi aku sama sekali tidak berniat minta maaf atas kelakuanku tadi. Hehe.
Aku tahu Dian marah padaku, namun tak kusangka kemarahannya teramat dahsyat hingga kacamataku bengkok. Ceritanya saat itu aku sedang membawa bola, lalu Dian berlari ke arahku dan merebut bolaku dengan amat-sangat-kasar-sekali. Aku tak suka bolaku direbut semudah itu, aku balas menarik lagi bola itu dari tangannya, lalu yang tidak kusangka dia menyikut mukaku dengan begitu kerasnya sambil berkata “HHH!!” !!!! Kejadian selanjutnya pandanganku kabur, ternyata kacamataku jatuh di lapangan. Nah, begitu kacamata itu kuambil dari tanah, aku sadar lensanya tidak ada alias sudah jatuh dari tempatnya. Kuambil serta lensa itu dan aku benar-benar sakit hati dengan sikap Dian itu. Begitu teganya dia merusak kacamataku dan aku tahu pasti dia benar-benar sengaja ingin merusak kacamataku itu. Aku yakin dia melakukan itu karena marah padaku. Aku hampir menangis sekaligus ingin menampar mukanya yang tidak menyenangkan itu. Aku akhirnya duduk di bangku cadangan sambil berusaha membetulkan kacamataku yang rusak itu. Ternyata bengkoknya luar biasa, benar-benar dahsyat Dian itu. Selama sisa pertandingan aku bermain tanpa kacamata dan aku berharap pertandingan segera berakhir karena aku tak tahan lagi melihat Dian yang terus-terusan menebarkan tawanya!
Aku benar-benar-amat-sangat-marah-sekali sampai-sampai aku tidak mau menyalaminya, bahkan melihatnya usai pertandingan. Aku cepat-cepat keluar dari Sanclar itu dan mengutuk Dian dalam hati. Pertandingan persahabatan kali ini terbukti tidak berhasil menciptakan persahabatan dengan pihak Sanclar, malah menimbulkan permusuhan yang sampai sekarang pun aku masih jengkel bila mengingat peristiwa itu.
Saat itu St. Agnes akan bertanding dengan tuan rumah St. Clara. Pak Bambang, pelatih St. Agnes, menjadi wasit dalam pertandingan persahabatan itu. Namanya juga pertandingan persahabatan, semuanya dilakukan dengan penuh senyuman dan canda-tawa. Namun, ada seorang pemain Sanclar namanya Dian, biasa dipanggil sliding tackle oleh teman-teman St. Agnes karena kebiasaannya yang suka jatuh kalau berlari. Entah Dian terjatuh karena terpeleset atau hal lain sebenarnya, sampai sekarang aku tak tahu. Suatu kali, Dian sedang men-dribble bola menuju arahku. Tiba-tiba saja kejadiannya begitu cepat, Dian terjatuh ke depan dan dengan manisnya meluncur sampai bawah kakiku. Refleks, aku pun tertawa terbahak-bahak, aku heran kok bisa-bisanya dia jatuh, padahal sama sekali tidak disenggol oleh siapapun. Tentu saja Dian tersinggung karena aku tertawa itu, dia langsung pergi ke bangku cadangan dan kulihat dia berbisik-bisik dengan teman-teman Sanclar-nya.
O-oo.. Aku telah membuat permusuhan dengan seseorang. Aku tahu aku salah menertawainya tadi, tapi aku sama sekali tidak berniat minta maaf atas kelakuanku tadi. Hehe.
Aku tahu Dian marah padaku, namun tak kusangka kemarahannya teramat dahsyat hingga kacamataku bengkok. Ceritanya saat itu aku sedang membawa bola, lalu Dian berlari ke arahku dan merebut bolaku dengan amat-sangat-kasar-sekali. Aku tak suka bolaku direbut semudah itu, aku balas menarik lagi bola itu dari tangannya, lalu yang tidak kusangka dia menyikut mukaku dengan begitu kerasnya sambil berkata “HHH!!” !!!! Kejadian selanjutnya pandanganku kabur, ternyata kacamataku jatuh di lapangan. Nah, begitu kacamata itu kuambil dari tanah, aku sadar lensanya tidak ada alias sudah jatuh dari tempatnya. Kuambil serta lensa itu dan aku benar-benar sakit hati dengan sikap Dian itu. Begitu teganya dia merusak kacamataku dan aku tahu pasti dia benar-benar sengaja ingin merusak kacamataku itu. Aku yakin dia melakukan itu karena marah padaku. Aku hampir menangis sekaligus ingin menampar mukanya yang tidak menyenangkan itu. Aku akhirnya duduk di bangku cadangan sambil berusaha membetulkan kacamataku yang rusak itu. Ternyata bengkoknya luar biasa, benar-benar dahsyat Dian itu. Selama sisa pertandingan aku bermain tanpa kacamata dan aku berharap pertandingan segera berakhir karena aku tak tahan lagi melihat Dian yang terus-terusan menebarkan tawanya!
Aku benar-benar-amat-sangat-marah-sekali sampai-sampai aku tidak mau menyalaminya, bahkan melihatnya usai pertandingan. Aku cepat-cepat keluar dari Sanclar itu dan mengutuk Dian dalam hati. Pertandingan persahabatan kali ini terbukti tidak berhasil menciptakan persahabatan dengan pihak Sanclar, malah menimbulkan permusuhan yang sampai sekarang pun aku masih jengkel bila mengingat peristiwa itu.
Thursday, March 19, 2009
Basket #7 - Arti Sebuah Kemenangan
Apa sih yang paling diinginkan semua tim basket saat bertanding? Aku bertaruh pasti yang paling diinginkan adalah kemenangan. Tidak ada tim yang ingin kalah. Semuanya cinta basket tapi hanya yang mampu-lah yang bisa bersaing. Semacam proses seleksi alam.
Tidak ada orang yang bermain basket demi uang, kecuali dia terpaksa bermain basket. Walaupun di setiap kompetisi tertera nominal uang untuk para juara, tim kami tidak pernah sekalipun melihat hal ini. Yang terpenting adalah ikut bertanding dan menang. Coba bayangkan, dalam kompetisi sebesar DBL tahun 2005 saja, sekali menang dalam pertandingan babak-babak awal, tiap tim berhak atas uang Rp 100.000,-. Kalau kalah, ya tidak dapat apa-apa.. (ya iyalah.. hahaha) Uang 100.000 dibagi untuk 12 orang pemain plus pelatih plus guru pendamping plus sekolah. Lalu tiap pemain dapat jatah berapa dong?
Pernah suatu kali dalam kompetisi, aku mendapat jatah sekitar Rp 38.000,-. Inilah uang hasil keringat pertamaku. Begitu gembiranya waktu itu. Hahaha.. Uang itu akhirnya aku kasih ke Mama untuk dimasukkan ke bank.
Back to the beginning..
Kemenangan adalah hal yang terpenting.......
Aku ingat saat tim SMP St. Agnes ikut dalam Petra 4 Cup. Saat itu babak semifinal. Satu kemenangan lagi akan membawa kami pada babak puncak yaitu final. Lawannya waktu itu adalah SMP Petra 1 Surabaya. Mereka lumayan terkenal di kalangan basket, karena ada satu pemainnya bernama Stephanie Sinatra yang hebat. Aku optimis bisa menang dalam pertandingan waktu itu. Namun, ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tim Petra kuat dan kompak dalam bertahan. Kami kesulitan mencetak angka. Tim jadi kacau, panik, dan permainan pun berantakan. Kami tertinggal 5-7 point mulai awal pertandingan.
Oh, aku tidak ingin timku berakhir di sini. Kami benar-benar ingin menang, dan HARUS menang! Waktu tersisa 50 detik lagi dan kami masih tertinggal 5 angka. Horay.. Kami berhasil memperkecil ketertinggalan kami. Sisa 30 detik lagi..... Kami tertinggal 3 angka sekarang. Tim Petra tampaknya mulai terburu-buru dan konsentrasi mereka agaknya menurun. Kami berhasil memasukkan 2 angka lagi plus free-throw yang mulus. Skor imbang sekarang. 15 detik lagi pertandingan akan berakhir......
Oooh.. Aku tidak ingat bagaimana hebatnya timku bisa mencetak 2 angka lagi. Hehehe.. Sekarang kami balik memimpin. Aku lihat Stephanie Sinatra dari Petra itu nampak tegang. Waktu tinggal 8 detik lagi... Dan sekarang ia mendribble bola dan menatap ring basket dengan “haus”. Hahaha.. Timku tahu, kami tidak boleh lengah, 2 point yang berharga ini harus dipertahankan dengan segala cara! Kami menghalang-halangi jalur Stephanie itu... Waktu tinggal 3 detik lagi. Dia berada di luar garis 3 point, kami tidak boleh membiarkannya tanpa penjagaan!!
3....
2....
1....
0!!
Akhirnya waktu habis, dan Stephanie tidak sempat melakukan three-point shoot. Dia langsung terduduk di tengah lapangan dengan bola masih di tangannya. Timku bersuka cita dengan kemenangan ini. Kami masuk final! Tidak disangka, setelah ketinggalan terus dari babak pertama, akhirnya kami berhasil bangkit!!
Di sisi lain, kulihat teman-teman Stephanie berusaha menghibur dia. Ternyata dia menangis! Aku tidak menyangka, ternyata dia begitu mencintai basket, sampai-sampai dia menangis seperti itu. Aku kasihan dengannya, tetapi seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, “Semuanya cinta basket tapi hanya yang mampu-lah yang bisa bersaing.” Dia benar-benar pemain yang hebat. Dalam tangisannya, dia masih mau tersenyum saat bersalaman dengan tim kami. Benar-benar sikap yang sportif. Dialah juara sejati dalam pertandingan kali ini. Sungguh!!
Mulai dari hari itu, kusadari tak ada satupun di dunia ini yang ingin dilahirkan tanpa bakat atau tidak sempurna. Namun, kita bisa menyempurnakan diri sendiri dengan banyak berdoa dan berusaha mengembangkan semua kemampuan yang kita miliki. Niscaya kita akan jadi orang yang “hebat” dan “kuat” dalam segala hal.
Tidak ada orang yang bermain basket demi uang, kecuali dia terpaksa bermain basket. Walaupun di setiap kompetisi tertera nominal uang untuk para juara, tim kami tidak pernah sekalipun melihat hal ini. Yang terpenting adalah ikut bertanding dan menang. Coba bayangkan, dalam kompetisi sebesar DBL tahun 2005 saja, sekali menang dalam pertandingan babak-babak awal, tiap tim berhak atas uang Rp 100.000,-. Kalau kalah, ya tidak dapat apa-apa.. (ya iyalah.. hahaha) Uang 100.000 dibagi untuk 12 orang pemain plus pelatih plus guru pendamping plus sekolah. Lalu tiap pemain dapat jatah berapa dong?
Pernah suatu kali dalam kompetisi, aku mendapat jatah sekitar Rp 38.000,-. Inilah uang hasil keringat pertamaku. Begitu gembiranya waktu itu. Hahaha.. Uang itu akhirnya aku kasih ke Mama untuk dimasukkan ke bank.
Back to the beginning..
Kemenangan adalah hal yang terpenting.......
Aku ingat saat tim SMP St. Agnes ikut dalam Petra 4 Cup. Saat itu babak semifinal. Satu kemenangan lagi akan membawa kami pada babak puncak yaitu final. Lawannya waktu itu adalah SMP Petra 1 Surabaya. Mereka lumayan terkenal di kalangan basket, karena ada satu pemainnya bernama Stephanie Sinatra yang hebat. Aku optimis bisa menang dalam pertandingan waktu itu. Namun, ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tim Petra kuat dan kompak dalam bertahan. Kami kesulitan mencetak angka. Tim jadi kacau, panik, dan permainan pun berantakan. Kami tertinggal 5-7 point mulai awal pertandingan.
Oh, aku tidak ingin timku berakhir di sini. Kami benar-benar ingin menang, dan HARUS menang! Waktu tersisa 50 detik lagi dan kami masih tertinggal 5 angka. Horay.. Kami berhasil memperkecil ketertinggalan kami. Sisa 30 detik lagi..... Kami tertinggal 3 angka sekarang. Tim Petra tampaknya mulai terburu-buru dan konsentrasi mereka agaknya menurun. Kami berhasil memasukkan 2 angka lagi plus free-throw yang mulus. Skor imbang sekarang. 15 detik lagi pertandingan akan berakhir......
Oooh.. Aku tidak ingat bagaimana hebatnya timku bisa mencetak 2 angka lagi. Hehehe.. Sekarang kami balik memimpin. Aku lihat Stephanie Sinatra dari Petra itu nampak tegang. Waktu tinggal 8 detik lagi... Dan sekarang ia mendribble bola dan menatap ring basket dengan “haus”. Hahaha.. Timku tahu, kami tidak boleh lengah, 2 point yang berharga ini harus dipertahankan dengan segala cara! Kami menghalang-halangi jalur Stephanie itu... Waktu tinggal 3 detik lagi. Dia berada di luar garis 3 point, kami tidak boleh membiarkannya tanpa penjagaan!!
3....
2....
1....
0!!
Akhirnya waktu habis, dan Stephanie tidak sempat melakukan three-point shoot. Dia langsung terduduk di tengah lapangan dengan bola masih di tangannya. Timku bersuka cita dengan kemenangan ini. Kami masuk final! Tidak disangka, setelah ketinggalan terus dari babak pertama, akhirnya kami berhasil bangkit!!
Di sisi lain, kulihat teman-teman Stephanie berusaha menghibur dia. Ternyata dia menangis! Aku tidak menyangka, ternyata dia begitu mencintai basket, sampai-sampai dia menangis seperti itu. Aku kasihan dengannya, tetapi seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, “Semuanya cinta basket tapi hanya yang mampu-lah yang bisa bersaing.” Dia benar-benar pemain yang hebat. Dalam tangisannya, dia masih mau tersenyum saat bersalaman dengan tim kami. Benar-benar sikap yang sportif. Dialah juara sejati dalam pertandingan kali ini. Sungguh!!
Mulai dari hari itu, kusadari tak ada satupun di dunia ini yang ingin dilahirkan tanpa bakat atau tidak sempurna. Namun, kita bisa menyempurnakan diri sendiri dengan banyak berdoa dan berusaha mengembangkan semua kemampuan yang kita miliki. Niscaya kita akan jadi orang yang “hebat” dan “kuat” dalam segala hal.
Friday, February 6, 2009
Basket #6 - Kapten
Dalam sebuah tim, diperlukan 5 pemain yang tangguh dan mampu bekerja sama dalam tim. Diperlukan pula peranan pemain cadangan yang selalu siap sedia menggantikan pemain utama bila terjadi sesuatu. Dari sebuah tim, hendaknya ada seorang kapten tim. Apa itu kapten dan apa pula peranannya?
Banyak pemikiran yang mengatakan bahwa kapten tim itu haruslah seseorang yang paling hebat dalam permainan basket, harus punya skill yang paling baik di antara kawan-kawannya. Namun, sebenarnya bukan itulah kapten tim.
Kapten tidaklah harus menjadi orang yang paling "hebat", tetapi haruslah orang yang paling "kuat".
Kapten ialah orang yang mampu mengendalikan timnya, mampu memahami seluruh teman-teman satu tim. Dialah yang pertama kali memahami karakter lawan, dan mampu memberikan ketenangan bagi sebuah tim.
Jabatan kapten ini sangatlah penting. Sebuah tim harus memiliki kapten. Bila tidak ada kapten, ibarat sebuah kapal yang berjalan tanpa nahkoda. Tak tentu arah dan kapal akan berjalan sendiri menurut arus. Apakah hal ini baik? Tentu tidak..
Jabatan kapten terkadang sangatlah dibangga-banggakan oleh pemiliknya seakan-akan ia sudah “menang”. Padahal dengan adanya jabatan itu, beban psikologis pastinya akan bertambah. Saat timnya menang, kaptenlah yang pertama kali dielu-elukan dan yang pertama kali menyentuh piala kemenangan. Sebaliknya bila timnya kalah, kaptenlah orang pertama yang mendapatkan sindiran.
Ada satu sikap yang amat kuingat sampai sekarang, mengenai pengalamanku saat menjadi kapten. Saat pertandingan melawan SMPN 1 Blitar, saat itu adalah babak Fantastic Four di ajang DBL 2005. Tim benar-benar dalam kondisi kalah mental sebelum bertanding. Aku sudah pesimis sebelum bertanding, padahal seharusnya aku memberikan semangat saat tim sedang down! Kita belum siap sepenuhnya bertanding melawan tim yang diagung-agungkan di koran Jawa Pos saat itu. Rasanya kita sudah yakin pasti kalah, walaupun pertandingan belum berjalan sedetik pun. Sudah bisa ditebak, dengan mental buruk seperti itu, tim benar-benar kalah telak 9-80. Yang membuatku lebih malu lagi adalah aku sempat marah pada seorang kawan timku yang mencoba berkenalan dengan lawan ketika pertandingan telah usai. Rasanya dia benar-benar mengkhianati tim, tetapi sebenarnya pikiranku inilah yang menyadarkan aku bahwa aku sangatlah egois. Aku baru menyadarinya beberapa hari setelah itu. Aku marah pada diriku sendiri!! Benar-benar memalukan..
Banyak pemikiran yang mengatakan bahwa kapten tim itu haruslah seseorang yang paling hebat dalam permainan basket, harus punya skill yang paling baik di antara kawan-kawannya. Namun, sebenarnya bukan itulah kapten tim.
Kapten tidaklah harus menjadi orang yang paling "hebat", tetapi haruslah orang yang paling "kuat".
Kapten ialah orang yang mampu mengendalikan timnya, mampu memahami seluruh teman-teman satu tim. Dialah yang pertama kali memahami karakter lawan, dan mampu memberikan ketenangan bagi sebuah tim.
Jabatan kapten ini sangatlah penting. Sebuah tim harus memiliki kapten. Bila tidak ada kapten, ibarat sebuah kapal yang berjalan tanpa nahkoda. Tak tentu arah dan kapal akan berjalan sendiri menurut arus. Apakah hal ini baik? Tentu tidak..
Jabatan kapten terkadang sangatlah dibangga-banggakan oleh pemiliknya seakan-akan ia sudah “menang”. Padahal dengan adanya jabatan itu, beban psikologis pastinya akan bertambah. Saat timnya menang, kaptenlah yang pertama kali dielu-elukan dan yang pertama kali menyentuh piala kemenangan. Sebaliknya bila timnya kalah, kaptenlah orang pertama yang mendapatkan sindiran.
Ada satu sikap yang amat kuingat sampai sekarang, mengenai pengalamanku saat menjadi kapten. Saat pertandingan melawan SMPN 1 Blitar, saat itu adalah babak Fantastic Four di ajang DBL 2005. Tim benar-benar dalam kondisi kalah mental sebelum bertanding. Aku sudah pesimis sebelum bertanding, padahal seharusnya aku memberikan semangat saat tim sedang down! Kita belum siap sepenuhnya bertanding melawan tim yang diagung-agungkan di koran Jawa Pos saat itu. Rasanya kita sudah yakin pasti kalah, walaupun pertandingan belum berjalan sedetik pun. Sudah bisa ditebak, dengan mental buruk seperti itu, tim benar-benar kalah telak 9-80. Yang membuatku lebih malu lagi adalah aku sempat marah pada seorang kawan timku yang mencoba berkenalan dengan lawan ketika pertandingan telah usai. Rasanya dia benar-benar mengkhianati tim, tetapi sebenarnya pikiranku inilah yang menyadarkan aku bahwa aku sangatlah egois. Aku baru menyadarinya beberapa hari setelah itu. Aku marah pada diriku sendiri!! Benar-benar memalukan..
Sunday, January 18, 2009
Basket #5 - Lay-up
Teknik shoot yang umum adalah jump shoot, tetapi ada satu lagi yang disukai semua pecinta basket yaitu lay-up. Lay-up ini adalah menembakkan bola ke arah ring sambil melayang. Susah dijelaskan dengan kata-kata, namun yang pasti lay-up ini diawali dengan maksimal 2 langkah sambil membawa bola. Jadi, setelah mendribble, bola dipegang dan langkahkan kaki 2 kali. Pada langkah yang kedua, kaki yang digunakan jadikanlah tumpuan sehingga ada saat-saat kita melayang dan saat itulah tembakkan bola. Understand? Hehehe..
Pada awalnya, aku melihat contoh dari Bembeng dan beberapa anak basket senior yang lay-up. Kelihatannya gampang, tinggal lari aja dan melayang sebentar. Namun apa yang dilihat selalu terlihat lebih mudah bila kita lakukan sendiri, setuju? Pertama kali mencoba lay-up, aku bingung kaki mana dulu yang melangkah, kapan bola harus dipegang, dst. Satu kali-dua kali-tiga kali-dst aku masih belum bisa. Aku lihat anak-anak yang lain juga kesulitan seperti aku. Malah kalau disuruh lay-up, kami selalu mengantri di barisan paling belakang saja.
Kami ingin menghindari kesulitan, padahal kesulitan itulah yang harus dihadapi bila kami ingin maju.
Beberapa anak basket senior menyarankan tidak usah dipikirkan hal-hal konyol macam itu lah, kapan harus ini-kapan harus itu, dikira-kira sendiri. Saran yang agak aneh itu nyatanya memang benar. Satu semester penuh aku latihan lay-up dan akhirnya berhasil, kaki dan tanganku sudah tahu sendiri kapan waktunya untuk melangkah, melompat, atau memegang bola. Yang penting sekarang adalah fokus pada ring-nya. Rasanya bagai terbang, ringan, akhirnya aku bisa lay-up. Hahaha..
Makanya bila ingin mencapai sesuatu, yang terpenting adalah fokus dan hadapilah segala tantangan yang ada. Jangan mudah menyerah, karena sekali-dua kali-bahkan seribu kali belumlah cukup mengingat kita adalah manusia biasa.
Subscribe to:
Posts (Atom)