WARNING : Mungkin post ini akan jadi post yang membosankan dan tidak mudah dipahami kalau kamu bukan Liske :)
Tugas Baja adalah salah satu mata kuliah di Teknik Sipil. Tugas ini dikerjakan oleh 2 orang, dalam hal ini aku berpartner dengan Liske. Mengapa 2 orang? Tentu karena tugas ini cukup berat, kami harus mendesain keseluruhan bangunan mulai dari atap, dinding, lantai, balok, kolom, sampai pondasinya. Supaya terarah, kami dibimbing oleh seorang dosen yang sudah ditentukan, yaitu Ir. Herry P. Chandra, S.E., M.T., M.M. aka Pak Herry. Tugas Baja memang hanya 2 sks, tapi waktu yang tersita buat mata kuliah ini bener-bener mengalahkan yang lainya. Sampai hari-hari terakhir batas revisi nilai pun, aku dan Liske masih belum fix. Padahal kelompok-kelompok lain sudah selesai. Bagi yang belum tahu cara kerja aku dan Liske, pasti mengira kalau kami berdua tukang nyantai dan baru kerja deket-deket deadline. Padahal kerjaan Tugas Baja ini sudah dapet jatah tidur kami lo hahaha. Anyway setelah Tugas Baja ini selesai, rasanya lega bukan main... Bukan hanya karena berhasil selesai, tapi juga karena kami akhirnya berhasil memenuhi kemauan Pak Herry :p >> Pak Herry terkenal super sibuk + hobinya yang agak kurang baik soal waktu.
Keterangan
Pak Herrry : H
Liske : L
Sisca : S
Flashback 11 Agustus 2011 :
L + S : "Pak, kami mau minta tugas baja."
H : "IP kamu berapa?" (*nunjuk ke Liske dan aku)
L : "3,..."
S : "3,..."
H : "Tinggi ya.. Kalian maunya tugas yang gimana?"
L + S : .....
H : "Lho kalian maunya apa? Minta tugas yang mudah, sedang, atau sulit?"
S : "Sedang saja, Pak."
H : "Terus nilainya mau yang rendah, sedang, atau tinggi?"
S : "Yang tinggi, Pak."
H : "Jadi kamu maunya tugas yang sedang tapi minta nilainya yang tinggi? Kamu ini tidak konsisten."
....
H : "Kalian berdua ini memang sama-sama cewek penampakan luarnya, tapi dalamnya beda. Yang satu (*sambil nunjuk ke arahku) pengennya cepet-cepet pokoknya beres selesai, yang satunya (*nunjuk ke arah Liske) ga mau setengah-setengah, mau dapat ilmu tapi juga mau kerja keras."
S : ... (*zzz)
H : "Sebenarnya saya punya wewenang untuk memberi kalian tugas. Tapi saya lebih suka kalian sendiri yang memilih mau tugas yang bagaimana. Saya cuma memberi masukan dan tambahan kalau ada yang kurang mengerti. Daripada bangunan yang biasa-biasa, mending sekalian yang luar biasa. Toh yang dapat ilmunya kan juga kalian sendiri. Mau bangunan apa? Fungsi bangunannya apa?"
S : "Bangunan mall, Pak."
H : "Berapa lantai? Kalau mall 2 lantai ya ga laku. Mall ya minimal 4 atau 5 lantai."
L + S : "Ya sudah Pak 4 lantai saja."
Flashback 29 September 2011 :
L + S : "Ini Pak, kami sudah selesai gording, sagrod, ikatan angin atap, vertikal grid, ikatan angin dinding, plat lantai, tie beam." (*ngasih word hampir 100 halaman di depan Pak Herry)
H : (*buka-buka sekilas) "Ya sudah kalian lanjutkan saja, ga ada kesulitan kan?"
L + S : "Belum ada, Pak."
H : "Ya sudah."
Flashback 25 Oktober 2011 :
L + S : (*cepet-cepet ke p4 setelah irbang)
Ruangan Pak Herry kosong dan di RBM ada Ko Lim, Ce Liman, Ko DJ, Ko Ryan Aaron.
L + S : "Lho ko, kok ruangan Pak Herry ga ada orang ya?"
Ce Liman : "Masa? Tadi aku lihat kelasnya ada lho."
Ko Lim : (*berusaha telp Pak Herry)
Ko DJ : "Pak Herry, ini Lim sudah mau telanjang lho Pak supaya bapak datang."
L + S : ... (*zzz >> yang TA sudah stres berat karena ini bukan pertama kalinya ditinggal pulang Pak Herry)
Telepon akhirnya diangkat dan ternyata benar Pak Herry sudah pulang.
Flashback 22 November 2011 :
L + S : "Pak, ini perhitungan sambungannya dan gambarnya."
H : (*lihat ke gambar sambungan) "Ini pakai diameter berapa? Sudah cek di pasaran ada atau tidak? Atau special order lagi? Mahal lho.. Nanti cost-nya itu besar, mall-nya ga laku!"
L + S : "Macam-macam diameternya, ada yang 20, 24, 25, 28, 30."
H : "Kok bisa besar gitu? Kalian berdua ini ga pernah ke lapangan!"
L + S : "Iya Pak, nanti kami cek."
H : "Kalian ini hitungnya diambil yang terbesar saja kan? Ga usah dihitung semuanya nanti ga selesai lho. Toh ini kan juga proyek bohong-bohongan."
L + S : ... (*shock)
Flashback 15 Desember 2011 :
L + S : "Ini Pak revisi sambungan yang kapan hari."
H : (*lihat sambungan kolom dengan balok yang bautnya memang buanyak) "Ini kalian mau jualan baut ya?"
L + S : "Memang di sambungan situ momennya besar, Pak."
H : "Ya diberi haunch aja."
L + S : (*mikir gimana caranya ngitung haunch??)
H : (*lihat sambungan balok induk dengan balok anak) "Ini bagaimana pelaksanaannya? Ga mungkin bisa dipaskan kayak gini terus dilas. Kalau ga pas, terus gimana? Ini harus pakai baut gini lho."
L + S : (*mikir >> gawat, SAP yang dibuat selama ini ternyata salah idealisasi. Yang harusnya idealisasi sendi, diidealisasi di SAP itu jepit.)
H : (*lihat sambungan pedestal dengan kolom) "Kalian ngerti ga ini bagaimana pelaksanaannya?"
L + S : (*mikir lumayan lama) "Kami ga tau pelaksanannya, Pak."
H : "Ya kalau gitu ini jadi PR buat selanjutnya."
L + S : (*mikir >> gawat, ini lagi musim UAS tapi tugas baja lagi ga karuan)
Flashback 6 Januari 2012 :
L + S : (*cepet-cepet ngeprint gambar di A0 & A1 dan habis Rp 189.000)
H : (*lihat gambar detail penulangan pondasi) "Lho ini saya ga ngerti kenapa kalian taruh sloof di sini?"
L + S : "Dulu di Konstruksi 1 diajari seperti itu, Pak."
H : "Yang ngajari itu pakai dasar apa? Ada code-nya? Mana? Tunjukkan ke saya. Kalau ada code yang jelas menyatakan kalau sloof harus ada di situ, saya menyerah. Tapi kalau tidak ada, ya diletakkan di bawah aja. Berapa banyak beton itu yang bisa dihemat? Besar lho itu! Belum lagi pelaksanaannya gimana kalau kayak gitu? Bekistingnya mau ditaruh gimana? Ngecor-nya 2 kali?"
L + S : ...
H : "Ya gini ini akibatnya kalau terlalu cepet. Kalau ga selesai, masih bisa dilanjutkan semester depan kok. Anak-anak generasi kalian ini lemah kalau ditanya soal filosofinya. Beda dengan zaman saya yang lulusnya lama."
L + S : ...
H : "Lho kalian ini hitung sloofnya gimana?"
L + S : "Pakai beban dinding dan beban sendiri sloof, Pak."
H : "Lalu untuk sloof yang ga ada dinding di atasnya bagaimana?"
L + S : "Kami samakan semua, Pak, diambil beban terbesar pakai beban dinding di atasnya."
H : "Lho kalau kalian bangun rumah, mau dibikin semuanya sama? Boros lho! Dihitung semuanya."
L + S : (*mikir>> dulu Pak Herry bilangnya ini proyek bohong-bohongan jadi ga perlu dihitung semuanya)
H : (*lihat gambar potongan dan detail sambungan) "Lho ini mana semua haunch-nya? Harus diberi haunch!"
L + S : ...
H : (*berdiri mau pergi)
S : "Lho Pak, apa ga perlu menyerahkan form nilai D di koordinator tugas baja?"
H : "Masih lama kan revisi nilainya? Lagian ini belum kiamat kan?"
L + S : ...
Flashback 10 Januari 2012 :
L + S : (*ga mau tertipu, print di A3 aja)
H : (*lihat gambar potongan dan sambungan) "Ya seperti ini, tapi gambar rafternya diperpanjang jadi jelas. Keterangan tulisannya yang jelas juga."
H : (*lihat gambar penulangan pondasi) "Ya gini sloof-nya di sini aja kan enak, hemat betonnya."
L + S : (*lega to the max karena tugas baja sudah hampir 100% OK) "Kapan bapak ke kampus lagi?"
H : "Minggu depan ya, mungkin Senin atau Selasa. Saya mau ngurus penelitian S3 saya di Batu, sudah lama saya ga pegang sama sekali. Minggu depan SMS saya saja."
Flashback 17 Januari 2012 :
Sudah 2 jam di RBM tanpa kejelasan kapan Pak Herry datang, akhirnya tanya Bu Susi. Ternyata Pak Herry sudah datang kemarin Senin jam 6 sore di S2, karena ada jadwal nguji skripsi. Akhirnya aku dan Liske jalan ke gedung W, tempat TU S2, dan ibu TU S2 bilang, "Hari ini Pak Herry ga datang. Harusnya memang ada jadwal nguji, tapi kemarin Pak Herry-nya sudah minta ijin ga bisa datang karena ada urusan."
Aku dan Liske shock to the max >> kapan lagi bisa ketemu Pak Herry, secara tanggal 19 Januari = batas revisi nilai. Untuk kejelasan tugas baja, Liske telepon Pak Herry :
L : "Pak, kapan bapak ke Petra lagi? Ini Liske mau asistensi tugas baja."
H : "Ini saya lagi di Petra. Mau nguji S2."
Tutup telepon, Liske lari ngeprint A3 di Genesis & ngambil print2an word di RBM. Sementara aku nunggu di gedung W lantai 3 persis di depan ruang sidang skripsi. Katanya bapak cleaning service, yang ada di ruang sidang cuma Bu Indri, Pak Budiman, Bu Ratna, Pak Andi. Trus Pak Herry??? Padahal bilangnya lagi di Petra. Liske cek memang ga ada Pak Herry di ruang sidang itu.
Aku dan Liske shock to the max untuk kedua kalinya hari itu >> Pak Herry bohongi kita :(
Dengan kebingungan, aku dan Liske jalan balik ke P4 dan duduk-duduk di depan RBM.
Dan tiba-tiba Pak Herry muncul!!! Huah shock to the max untuk ketiga kalinya tapi ini shock yang membahagiakan. Setidaknya bisa ketemu Pak Herry itu sudah lebih dari cukup, mengingat bapak ini sangat tidak jelas jadwalnya.
L + S : "Ini Pak semua gambarnya sudah di-print dan direvisi."
H : "Perubahannya apa aja? Tunjukkan aja yang mana yang berubah. Saya mau nguji sebentar lagi."
L + S : (*nunjukkan gambar dan menjelaskan ke Pak Herry)
H : "OK. Iya... Iya... Kalau kalian mau ketemu saya lagi, saya datangnya ke sini hari Kamis jam 7 malam."
L + S : "Lho Pak, hari Kamis itu sudah deadline-nya revisi nilai!!"
H : "Oh gitu, ya sudah saya nilai sekarang. Mana kertasnya?"
Aku dan Liske shock untuk keempat kalinya hari itu dan berharap semoga pak Herry baik 0:)
H : "Dulu nilainya ditulis apa? T ya?"
L + S : "Bukan Pak, nilainya D."
H : "Dari nilai D, sekarang A" (*sambil ngelingkari huruf A di sana) "Lho ayo tulis namamu di situ!"
L + S : "Iya iya Pak." (*terharu T.T)
Yang pada awalnya shock berat Pak Herry ga bakal datang, akhirnya malah datang dan ngasih nilai A. Setelah keluar dari ruangan Pak Herry, rasanya legaaaaaaaa..
NB : Percakapan di sini sangat disingkat untuk memperpendek tulisan. Kalau mau cerita lengkapnya, tanya langsung aja ke aku atau Liske :p
Jilid Hardcover Total halaman (isi saja) : 415 lembar Jumlah gambar : 14 lembar A0 dan 6 lembar A1 |
With Liske :p |
Sayang ya, foto tanpa Pak Herry :) |
Kesan terakhir tentang Pak Herry :
Sebenarnya Pak Herry itu baik, tapi sayangnya sulit sekali ya mau ketemunya :( Penjelasannya masuk akal dan memang benar (contohnya masalah letak sloof ternyata ada di SNI). Tentang konsistensi, menurutku tiap orang pasti punya ketidak konsistenan masing-masing. Pak Herry sendiri awalnya minta tugas yang wow, lalu di tengah perjalanan tugas bilang kalau ini proyek bohong-bohongan, terakhir Pak Herry minta dihitung semuanya, dianggap proyek sungguhan. Lho maksudnya??
Pak Herry juga sempat bicara soal kurikulum yang dimampatkan dan lulusan-lulusan yang instan (aku akan tulis tentang ini, mungkin di post selanjutnya).
Pesan + kesan untuk Liske :
Thanks Lis wes jadi repot karena milih mall hahaha, mulai dari bikin denah organisasi sampai gambar-gambar terakhir kan yang paling repot kamu :p Sori juga, rasae selama kerja aku sering ga jelas n males-malesan terutama awal-awal semester :p Masih ada tugas beton dan semoga apapun yang didapet nanti bisa kita lakukan yang terbaik. Wkwkwk thx for all :)
Btw terakhir untuk post ini :
Thanks sebesar-besarnya untuk semua pihak yang belum dituliskan namanya dalam Kata Pengantar Tugas Baja. Untuk Mamanya Liske yang sudah jilid hardcover. Untuk angkatan 07 dan 08 yang softcopy Tugas Baja-nya dipakai buat contoh. Siapa lagi ya? Pokoknya semua yang terlibat, thankyou :)
2 comments:
Wooo.. Sama2 sisca. Ngakak yo iki pengalaman yg super amazing pe. Tidurq ws kbayar tuntas kq. Q liburan ngorok trs kyk babi congek. Wkwkwk.
hahahaha :)
Post a Comment