Wednesday, January 30, 2013

Pengalaman TA - Part 2


Sudah baca Pengalaman TA - Part 1 ?? Kalau belum, klik di sini ya :)

Lanjutan dari Part 1....

Flashback 13-8-2012 :
Empat kelompok sudah datang semua dan bikin proposal TA.
Bu Ima : "Latar belakangnya perlu dibetulkan lagi. Banyak kalimat yang jump. Kenapa kok Paulay mengusulkan partial side sway itu perlu kalian ceritakan juga."
Pak Ben : "Masih tentang proposal ya? Ya sudah, aku ga ikut asistensi ya. Biar Bu Ima saja."
Bu Ima perfeksionis sekali nurutku. Alur penulisan harus benar-benar runtut, jadi orang awam sekalipun bisa mengerti proposal penelitian yang akan kami lakukan. Hindari penulisan kalimat lebih dari 3 baris, karena bikin capek yang baca. Kurangi kalimat bertingkat dan tidak usah bertele-tele. Ada bagusnya juga kami belajar penulisan proposal TA yang baik dan benar, karena pada waktu nulis TA sudah biasa dan ga banyak salah lagi :)

Flashback 31-8-2012 :
Hari itu sidang proposal TA. Untungnya karena ada 4 kelompok Pseudo elastis yang "cuma" beda wilayah gempa aja, kami maju sidang berempat. Denah persegi panjang sidang duluan, setelah itu denah persegi. Ya deg-degan itu pasti, ditambah lagi harus pakai rok --"
Sayangnya waktu itu Pak Ben ga bisa ikut sidang proposal, jadi di ruang sidang cuma ada Bu Ima, Pak Pamuda, Pak Hasan. Kami banyak ditanya mengenai flowchart penelitian, karena memang kalau dilihat-lihat lagi penelitian ini terlalu ribet. Banyak pengulangan skenario kalau asumsi kolom elastis kelebihan/kekurangan.
Pak Pamuda : "Kalian yakin bisa selesai melakukan penelitian ini? Banyak sekali skenario kolom elastisnya. Kalau kerjanya ga cepat, saya ragu lho kalian bisa selesai."
Pak Hasan : "Tadi kalian bilang kalau tulangan terpasang balok mau pakai diameter yang beda-beda dalam 1 penampang? Pastikan programnya bisa ngitung itu lho."

------
Tentang program yang kami pakai memang ada perkembangan dari penelitian sebelumnya. Untuk analisis moment-curvature tiap penampang balok dan kolom, biasanya pakai program ESDAP. Tapi kali ini kami akan pakai program CUMBIA, karena CUMBIA bisa ngitung moment-curvature dengan diameter tulangan yang bervariasi dalam 1 penampang. Ya memang dalam kenyataan di lapangan hal ini ga mungkin, tapi demi penelitian lah hal ini tetap dilakukan :p
Sedangkan untuk analisis time history, biasanya penelitian sebelumnya memakai Ruaumoko 3D atau SAP2000. Tapi Bu Ima menyarankan program SeismoStruct, program yang lagi booming karena "katanya" lebih canggih.
Program CUMBIA dan SeismoStruct ini ada installer-nya jadi 1 paket CD dalam buku Direct Displacement Based Design (DDBD) dari Priestley.
------

Flashback 17-9-2012 :
Bu Ima : "Gimana? Sudah sampai mana?"
All : "Ini sudah sampai desain tulangan balok dan kolom, Bu."
Kopa : "Tapi ini punya saya sama Aei Li masih belum dapat dimensi balok & kolom yang pas. Selalu kebentur masalah drift maksimum maupun rasio tulangan maksimum."

------
Kopa dan Aei Li konsultasi masalah penentuan dimensi ke Bu Ima, dan menemukan "keanehan" dalam desain Pseudo elastis ini. Kalau mengikuti flowchart penelitian, harusnya kami lakukan penambahan/pengurangan jumlah kolom elastis. Kalau di-logika sih harusnya makin banyak kolom elastis (kolom kuat), makin kecil juga angka Faktor Pengali (FP) -nya. Tapi hasilnya malah menunjukkan kebalikan dari hipotesa itu. Akibatnya bangunan punya Kopa dan Aei Li kesulitan dalam penentuan dimensi. Akhirnya diambil 3 macam desain minimum kriteria desain yang digunakan, yaitu :
  1. Konfigurasi kolom elastis sebagai kolom perimeter
  1. Dimensi kolom eksterior dan interior harus sama
  1. Tidak menggunakan tulangan minimum pada kolom interior

Dari desain minimum kriteria desain yang digunakan ini, kami sadar bahwa penelitian ini pasti berubah judul, karena tujuan penelitiannya pun sudah berubah. Bukan lagi menentukan kecukupan jumlah kolom elastis yang aman, tetapi malahan jumlah kolom elastis itu sudah ditentukan dari awal dan tidak diubah-ubah lagi.

Sejalan dengan asistensi ini berlalu, judul TA berubah menjadi "Verifikasi Desain Minimum dalam Desain Pseudo Elastis pada Bangunan Beraturan 6- dan 10-Lantai dengan Denah (Persegi/Persegi Panjang) di Wilayah (2/6) Peta Gempa Indonesia."
------

Flashback 1-10-2012 :
Desain balok dan kolom beres, CUMBIA juga hampir selesai. CUMBIA gampang dimengerti, terlebih karena sudah ada panduan pemakaiannya. Lalu kami harus bikin kode untuk balok dan kolom supaya lebih cepat masukin ke CUMBIA-nya. Akan tetapi, sayangnya, ada yang salah pemodelan ETABS ini, yaitu masalah rigid zone di beam-column joint. Waktu itu Bu Ima ngecek ETABS punyaku. Aku jadi rada stres begitu tau ada yang salah. Jadi harus ngebut bener-bener kerja TA-nya. Apalagi masih harus belajar program SeismoStruct :(

------
Cerita tentang SeismoStruct ini bisa jadi cerita yang paling dikenang selama pembuatan TA Pseudo elastis ini, Dimana kami sampai-sampai dapat ijin menginap di kampus mulai Oktober 2012 sampai Januari 2013. Lebay ya keliatannya?

Bu Ima memang menyarankan kami untuk memakai komputer kampus aja untuk nge-run SeismoStruct. Jangan pakai laptop kita sendiri, karena menurut pengalaman Bu Ima, nge-run program seperti itu makan waktu 3-4 hari nonstop dan bisa bikin harddisk rusak! Jadilah kami dibantu Bu Ima soal ijin memakai komputer kampus dan menginap di kampus. Untungnya ijin-ijin kayak gini gampang didapat, karena Bu Ima kenal dengan pengurusnya UPPK =D

Mempelajari program dalam waktu singkat itu bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi SeismoStruct punya banyak fitur yang kami ga ngerti sama sekali. Misalnya Skyline solver vs Frontal solver, secara default saja SeismoStruct bisa berganti-ganti sendiri, kadang pake skyline, kadang pake frontal. Sedangkan di menu Help, dikatakan bahwa skyline lebih stabil daripada frontal. Di forum SeismoStruct sendiri, mereka menyarankan untuk mencoba keduanya dan membandingkan hasilnya.

Kami belajar SeismoStruct dengan lihat menu Help, cek forum di website seismosoft.com, lihat contoh file dari Priestley sendiri. Kami merasa belajar dengan cara-cara ini sudah cukup untuk mengerti SeismoStruct, tetapi ternyata masih banyak kesalahan.

Percobaan pertama dengan bangunan kecil by Jimmy

------

Flashback 18-10-2012 :
Abis pulang magang, aku dan Liske langsung kerja SeismoStruct di Petra. Kami sudah siapkan data-datanya di Excel, tinggal di-copy-paste ke SeismoStruct. Kami coba untuk bangunan 6-lantai dulu dan nge-run pake laptopnya Liske. Yang bikin shock adalah begitu kami pencet RUN, langsung keluar warning "The convergence tolerance of force-based-element must be positive number!"

Shock dan ga tau harus diapain. Kami cek semua inputannya, rasanya ya sudah bener semua T.T
Kalau pakai wizard-nya SeismoStruct langsung bisa. Tapi kalau manual, selalu ga bisa. Stres bener rasanya, sempat kepikiran mau telpon Bu Ima saat itu juga. HAHAHA. Akhirnya pulang ke rumah dengan kegalauan luar biasa. Gimana ga, sudah hampir 1 bulan kerja SeismoStruct tapi ga ada hasil. Kepikiran juga, apa harus kembali pake program Ruaumoko? Tapi Ruaumoko (katanya entah siapa, aku lupa) sudah pasti ga bisa dipake, karena punya batasan max 10.000 DOF.

Sedangkan bangunan persegi panjang 6-lantai itu :
No. of Materials: 164
No. of Sections: 194
No. of Element Classes: 194
No. of Nodes: 2410 >> setara 14.460 DOF
No. of Elements: 2952
No. of Loads: 60

Bangunan persegi panjang 10-lantai malah lebih parah jumlah DOF-nya :
No. of Materials: 169
No. of Sections: 174
No. of Element Classes: 175
No. of Nodes: 2966 >> setara 17.796 DOF
No. of Elements: 3920
No. of Loads: 60

OK. Jadi Ruaumoko sudah tidak mungkin bisa dipakai.

Ternyata oh ternyata kawan, ada yang namanya "Project Settings" di SeismoStruct, dan ada setting'an yang beda kalau kita buka secara wizard (convergence tolerance-nya 1e-5) dan manual (convergence tolerance-nya 0). Ternyata 0 itu bukan termasuk positive number ya. Pantesan SeismoStruct-nya rewel. Jimmy yang kasihtau tentang ini, sampe akhirnya ga hopeless lagi. HAHAHA. Jadi inget omongannya Bu Ima dan Pak Ben waktu asistensi, "Anak-anak jaman sekarang itu berani pake program walaupun mereka ga ngerti bener atau ga. Pokoke kabeh diterabas ae." >> setipe sama omongannya Pak Herry ya :p

Flashback 22-10-2012 :
Program SeismoStruct menunjukkan warning "Out of Memory". Setelah kami search di forum, harusnya penambahan RAM bisa menyelesaikan masalah "out of memory". Jadilah kita minta bantuan Bu Ima (lagi).
Kopa : "Bu, SeismoStruct ini ada warningnya "out of memory" lho, kelihatannya butuh tambahan memori. Sekalian diupgrade jadi Windows 8 yang 64 bit aja." (urusan gini-an, Kopa yang paling ngerti deh)
Bu Ima : "Wow. Komputer Acecoms masih ga kuat ya? Denah kalian terlalu besar sih. Coba tanya Pak Pam dulu, boleh ga ditambahin memori di komputernya situ."
Setelah bilang ke Pak Pam, malah Pak Pam bilang, "Wah ya saya malah senang kalau ditambahin memori gitu."
Akhirnya kami pinjam RAM 2GB sebanyak 12 buah dan upgrade Windows 8 yang 64 bit di Puskom W. Untungnya semua ini gratis. Thank you untuk Kopa yang sudah banyak nguruskan ini. Setelah semua urusan upgrade Windows dan RAM selesai, kami PIKIR  semuanya akan berjalan lancar.. Tetapi pikiran kami salah. HAHAHA.

Flashback 1-11-2012 :
Hari itu adalah hari yang bersejarah karena untuk pertama kalinya aku nginap di kampus. Kalau ga demi TA ini, ya ga bakalan ada acara kayak gini. Bangunan 6-lantai sudah dirun dari jam 1 siang dan kami tinggal sampai jam 10 malam, baru dapat 1.5 detik'an. Yang bikin shock therapy malah Jimmy ga sengaja ncabut colokan listrik yang salah. Jadinya CPU komputerku dan Liske mati T.T

Ingat tulisan-tulisan di bawah ini? HAHAHAHA. Semalaman ditunggui ya dapatnya 1-2 detik aja. Kalau dihitung-hitung, bisa 5 hari baru selesai run SeismoStruct ini. Ngerasa rugi juga pake nginep di kampus segala. Soalnya yang nungguin juga ga membantu kerjanya SeismoStruct jadi lebih cepet kok.

    SeismoStruct v5.2.2 build 10
---------------------------------------------


      Permanent Loading
-----------------------------------------

 LF=  1.00000,   LF_incr=  1.00000  (Iter:  1 => Converg)


      Variable Loading
----------------------------

        Time   
 Time=  0.10000,   dt=  0.10000  (Iter:  3 => Converg)
 Time=  0.20000,   dt=  0.10000  (Iter:  5 => Converg)
 Time=  0.30000,   dt=  0.10000  (Iter:  5 => Converg)
 Time=  0.40000,   dt=  0.10000  (Iter:  2 => Converg)
 Time=  0.50000,   dt=  0.10000  (Iter:  2 => Converg)
 Time=  0.60000,   dt=  0.10000  (Iter:  4 => Converg)
 Time=  0.70000,   dt=  0.10000  (Iter:  4 => Converg)
 Time=  0.80000,   dt=  0.10000  (Iter:  2 => Converg)
 Time=  0.90000,   dt=  0.10000  (Iter:  3 => Converg)
 Time=  1.00000,   dt=  0.10000  (Iter:  2 => Converg)
 Time=  1.10000,   dt=  0.10000  (Iter:  2 => Converg)
 Time=  1.20000,   dt=  0.10000  (Iter:  2 => Converg)
 Time=  1.30000,   dt=  0.10000  (Iter:  3 => Converg)
 Time=  1.40000,   dt=  0.10000  (Iter:  4 => Converg)
 Time=  1.50000,   dt=  0.10000  (Iter:  2 => Converg)
 Time=  1.60000,   dt=  0.10000  (Iter:  3 => Converg)

Yang aku capture di atas adalah keadaan SeismoStruct ketika baik-baik saja.
Pusing adalah ketika kami melihat iterasinya tidak konvergen (converg), ada yang tulisannya max_tol, fbd_inv, fbd_ite, sol_prb. Setelah itu, pasti iterasinya ga karuan. Masalahnya adalah kami kurang mengerti apa masalahnya. Salah input (mungkin), salah programnya (bisa jadi), kinerjanya memang jelek (bisa juga). Terlalu banyak kemungkinan kesalahan dalam pemakaian SeismoStruct ini. Pak Ben sendiri bilang, "Kalau mau pakai program baru, setidaknya harus 1 tahun dipelajari bener-bener dulu. Lha ini 1 bulan uda kepengen bisa jadi."

Fatal adalah ketika kami baru sadar bahwa SeismoStruct masih tidak cukup kuat untuk nge-run bangunan 10-lantai, walaupun sudah di-upgrade sampai 8GB of RAM sekalipun.

bersambung ke Part 3 ya :)

No comments: